Kamis, 22 Desember 2011

PENGEMBANGAN DIRI PUSTAKAWAN


        Tulisan ini hanya sekedar oleh-oleh dari perjalanan ke Surabaya dalam rangka Seminar Nasional "Pengembangan Profesi Pustakawan" dan Rakernas FKP2TN di ITS Surabaya pada tanggal 20 s.d 21 Desember 2011. Dalam salah satu pemakalah menyampaikan materinya mengenai pengembangan diri pustakawan, saat itu penulis merasa tertarik dengan materi tersebut dengan suatu alasan bahwa memang perlunya pustakawan mulai memikirkan bagaimana meningkatkan diri dan terus berkembang. Adanya kesadaran diri untuk meningkatkan pengetahuan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan bidang perpustakaan atau yang menunjang dalam bidang kepustakawanan bahkan kalau perlu dengan meningkatkan pendidikan formal sampai ke jenjang lebih tinggi lagi yaitu dengan menempuh pendidikan S1, S2 bahkan S3 bidang perpustakaan.

          Perlunya pengembangan wawasan pustakawan ini karena adanya tuntutan perkembangan TKI yang begitu pesat dan kebutuhan pemustaka yang sudah merambah ke dunia virtual. Pustakawan perlu dibekali dengan Training atau pelatihan terutama ketrampilan softskill dan hardskill untuk beberapa kategori misalnya pelatihan mengenai layanan prima, pelatihan dasar ilmu perpustakaan, pelatihan teknologi informasi, pelatihan membuat blog, pelatihan manajemen perpustakaan, pelatihan ESQ, dan masih banyak lagi pelatihan yang ada untuk meningkatkan wawasan dan kompetensi pustakawan.
          Kegiatan lain untuk mengembangkan diri pustakawan yang tidak kalah penting yaitu internship yaitu magang yang merupakan kegiatan dengan cara bekerja di lembaga terkait, misalnya perpustakaan, bank bahkan di mall. Keikutsertaan dalam program magang ini pustakawan dapat merasakan budaya kerja yang berbeda dan tentunya akan dapat menimbulkan dampak yang positif pada pustakawan. Kalau perlu kegiatan magang pustakawan ini bisa dilakukan di Luar Negeri sehingga apa yang di dapat melalui magang tersebut, ilmu yang diperoleh dapat diimplementasikan di masing-masing lembaga yang menaunginya pustakwan tersebut.

          Perlunya pustakawan  mengikuti library visit/tour juga menjadi pilihan pustakawan untuk meningkatkan wawasannya yaitu melakukan studi banding. Studi banding pustakawan ini dapat dilakukan di dalam maupun luar negeri. Kegiatan studi banding ini akan dapat menambah wawasan bagi pustakawan dengan melihat langsung bagimana pengelolaan dan operasional perpustakaan di tempat lain. Trend ini sudah mulai dilakukan oleh beberapa perpustakaan yaitu dengan berkunjung ke perpustakaan di Malaysia dan Singapura.

          Satu hal lagi yang perlu dilakukan oleh pustakawan yaitu life-long learning, merupakan pembelajaran sepanjang hayat yaitu bagaimana pustakawan dapat membaca dan melihat perpustakaan secara tidak langsung ke lapangan. Belajar sepanjang hayat ini dapat dilakukan apabila pustakawan mempunyai etos yang tinggi dalam memiliki semangat untuk maju, berkarya dan belajar. 
          Modal lain yang perlu dimiliki oleh pustakawan yaitu perlunya mengembangkan pengetahuannya. Pengembangan pengetahuan pustakawan dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk meningkatkan visibilitas seorang pustakawan yaitu:
  1. Mengikuti workshop, media ini untuk mendapatkan pengetahuan baru dan berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan peserta lain.
  2. Dengan menghadiri seminar maka pustakawan dapat memperoleh pengetahuan dari pemaparan para narasumber dan untuk merefresh ulang pengetahuan yang kita peroleh melalui pendidikan formal maupun dari hasil temuan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.
  3. Menempuh pendidikan formal, yaitu S1, S2 dan S3. Dengan berkembangnya ilmu perpustakaan maka banyak pustakawan yang mempunyai keinginan untuk menambah wawasan dan pengetahuannya melalui pendidikan formal.
          Hal lain untuk membangun visibiltas pustakawan sangat diperlukan yaitu
  • Kehadiran pustakawan dalam berbagai kegiatan
  • Keikutsertaan pustakawan dalam asosiasi
  • Peran pustakawan dalam asosiasi
  • Peran aktif dalam suau kegiatan
  • Kontribusi dalam penyelesaian masalah
  • kontribusi dalam pengembangan masalah
  • Kontribusi dalam pengembangan kepustakawanan 
  • Pemunculan aktif dalam berbagai media
          Pengembangan diri pustakawan yang terakhir yaitu pengembangan dalam karya tulis pustakawan. Dengan melakukan penulisan karya ilmiah yang dimuat dalam sebuah media, baik koran, buletin, majalah dan jurnal ilmiah. Adanya pengajuan call for papers dalam pertemuan-pertemuan ilmiah dan penyampaian makalah dalam pertemuan ilmiah. Sekarang mari kita renungkan apakah kita mau meningkatkan diri dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut, atau kita hanya berpangku tangan dan melihat saja hiruk pikuknya prrofesi lain menggeser peran kita. Semoga bermanfaat.




Sabtu, 17 Desember 2011

PUSTAKAWAN 2.0

          Wabah era 2.0 telah merebak di kalangan masyarakat virtual baik pengguna dan perancang dalam dunia internet. Berawal dari istilah Web 2.0 yang lahir pada tahun 2004. Kemudian bermunculan istilah-istilah, seperti: Enterprise 2.0, Mobile 2.0, education 2.0, marketing 2.0, Business 2.0 serta banyak lagi yang menggunakan istilah 2.0, dan tak ketinggalan library 2.0 atau perpustakaan 2.0 (P 2.0). Istilah 2.0 ini pertama kali dekenalkan oleh Michael E. Casey tahun 2005 dalam blognya Library Crunch.  
          Perpustakaan (P 2.0)  ini yang pada intinya merupakan layanan perpustakaan yang menggunakan Web 2.0. Layanan perpustakaan  yang menggunaka web ini adalah munculnya interaksi antara perpustakaan dan pemustaka akan menjadi lebih intensif dan efektif. Dengan menjalin hubungan secara intensif tersebut, maka akan terjadi transformasi ilmu pengetahuan dimana yang sudah kita ketahui bahwa berdasarkan konsep dasar pepustakaan konvensional yang telah kita kenal dengan user oriented akan menjadi users centred. Dimana model layanan perpustakaan ini akan  memberikan perubahan dengan mengundang partisipasi pemakai dalam menciptakan, mengevaluasi dan mengembangkan layanan, baik fisik maupun virtual. 
          Dengan konsep P 2.0 ini maka perlu adanya  partisipasi pada  hubungan manusia dan  teknologi, dilihat dari sisi  hubungan manusia maka akan terbentuk jejaring sosial yang luas sedangkan dari sisi teknologi yang telah diwakili oleh piranti, wikis, blog, RSS, feeds, dll. Dapat dikatakan bahwa web 2.0 merupakan keunggulan dan kecanggihan teknologi dan kekuatan partisipasi manusia. Sehingga dengan dukungan teknologi tersebut, maka perlunya  peran pustakawan untuk membangun P 2.0.
          Perlu menjadi sebuah perenungan bagi kita sebagai pustakawan untuk dapat merubah image yang sudah melekat bahwa pustakawan hanya mampu berkutat pada sisi teknis saja dan mempunyai keterbatasan kompetensi yang minim dalam menguasai TIK. Perbandingan yang terjadi di lapangan bahwa antara yang menguasai TIK dengan yang benar-benar tidak paham atau gaptek teknologi dapat kita hitung dengan hitungan jari saja. Kalaupun ada yang suka berselancar di dunia virtual maka kebanyakan dari pustakawan  menggunakan media tersebut hanya untuk keperluan pribadi saja. Lalu bagaimana kah upaya kita untuk dapat menerapkan P 2.0??
          Sebenarnya banyak PR bagi pustakawan untuk dapat mewujudkan impian itu, yaitu dengan melakukan inovasi dan improvasi agar perpustakaan dapat bergerak maju dari sebuah perpustakaan yang bersifat konvensional menjadi perpustakaan yang bersifat kontemporer dimana perpustakaan tidak stagnan akan tetapi bergerak maju untuk sebuah kemajuan dengan memaksimalkan kualitas dan sumber daya yang ada untuk memberikan konstribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan, memberantas buta huruf, memberikan ilmu-ilmu literasi, dan berkontribusi dalam kemajuan dan peradaban bangsa, sehingga  pengguna perpustakaan dan masyarakat dapat merasakan keberadaan dan kemanfaatan perpustakaan itu sendiri.
          Dalam mewujudkan hal tersebut maka peran dari pustakawan sebagai profesi yang sangat menjunjung tinggi sebuah keprofesionalitasan maka pustakawan harus mampu mengelola sebuah perpustakaan dengan berbagai kemampuan dalam mengelola, menyimpan, mencari, dan menyebarkan ilmu pengetahuan dengan berbagai macam cara maupun pola untuk kepentingan pemustaka. Dan pustakawan 2.0 harus mempunyai berbagai macam kualifikasi, diantaranya adalah :  
1.   Memahami kekuatan dari peluang web 2.0
2.   Mempelajari alat-alat utama dari web 2.0 dan perpustakaan 2.0
3.   Menggabungkan e-rseources dan format cetak dan wadah format agnostik 

4.   Mengembangkan federated search dan mengadopsi Standar open URL
5.   Menghubungkan orang dan teknologi dan informasi dalam konteks
6.   Tidak menghindar dari katalogisasi dan klasifikasi,  
7.   Merangkul Informasi non-tekstual
8.   Memahami dan memanfaatkan kekuatan konten lama dan baru
9.   Melihat potensi dalam menggunakan sumber konten google, dan
Open WorldCat
10. Menghubungkan pengguna untuk melakukan diskusi dengan ahli, melakukan percakapan,

11. Mengunakan alat terbaru komunikasi (seperti skype) untuk berhubungkan
12. Penggunaan dan mengembangkan jaringan sosial
13. Terhubung & menggunakan media telepon, skype, IM,
 SMS, email, referensi virtual, dll
14. Mendorong penggunaan metadata dan mengembangkan penggunaan konten 

15. Dapat memahami  peran dan dampak yang muncul dari blogosphere dan wikisphere
          Jadi melihat kebutuhan SDM untuk mengelola P 2.0, maka perlunya pustakawan untuk dapat berbenah diri menghadapi perkembangan TIK yang begitu cepat dan tentunya tidak bisa kita hindari. Suka tidak suka kita harus menggunakan dan mengadopsi teknologi tersebut sesuai tuntutan zaman yaitu era web 2.0 ini. Sebagai pustakawan tentunya kita tidak akan berhenti berinovasi untuk maju dan mengejar ketinggalan dalam menguasai TIK. Tetap semangat bagi kita semua para pustakawan. Semoga bermanfaat

Kamis, 08 Desember 2011

Ketika pustakawan merasa puas

Pekerjaan yang diketahui oleh sebagian pustakawan sekarang ini boleh dikatakan adalah sebagai pekerjaan rutin saja yaitu mengelola buku dengan katalog dan pernik-perniknya, melayankan koleksi dan pemenuhan kebutuhan layanan kepada pemustakanya, menata buku, membuat laporan-laporan rutin berkaitan dengan kebutuhan institusi untuk akreditasi, mengisi borang dan kebutuhan lain berkaitan dengan kebutuhan data perpustakaan.

Sebagai pustakawan hendaknya sudah mulai berpikir untuk dapat mengembangkan diri sesuai kebutuhan pemustaka di era teknologi informasi yang dapat memberikan akses informasi kepada masyarakat dalam berbagai format dan dapat diakses dengan mudah. Seorang pustakawan sebaiknya dapat membaca peluang seperti halnya dalam dunia komunikasi, informasi, dan bisnis atau perdagangan, dimana mereka sudah beralih ke dalam format digital ke format digital, mereka berjuang memberikan akses internet—untuk mencegah agar tidak dianggap menjadi masyarakat kelas-dua dalam dunia digital.[1] Pustakawan juga harus mempunyai wawasan multidisiplin dan multi-skills. Multidisiplin, pustakawan tidak hanya belajar tentang ilmu perpustakaan saja, akan tetapi pustakawan dapat mengembangkan diri dengan belajar ilmu-ilmu yang lain yang mendukung tugas pustakawan sebagai manajer informasi. Sedangkan multiskill, pustakawan mampu mengembangkan diri dalam mengolah ketrampilannya baik softskill maupun hardskill untuk memberikan layanan yang prima dan berkontribusi lebih dalam memberikan informasi kepada pemustaka.

Tuntutan tersebut sudah harus dicermati oleh pustakawan. Perubahan paradigma lama, dimana pustakawan hanya berkutat dalam bidang teknis saja, kini seharusnya pustakawan mulai mempersiapkan diri dengan melihat berkembangnya TIK dimana masyarakat kita sudah berubah mindsetnya dalam mencari informasi. Fenomena yang terjadi saat ini, dimana mulai dari anak-anak SD sampai perguruan tinggi telah menggunakan media internet sebagai rujukan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran mereka. Penguasaan teknologi yang mereka gunakanpun bahkan kalah dengan pustakawan, mereka dengan leluasa dapat menggunakan twitter, facebook, yahoo massenger, video call, untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi sesuai kebutuhan mereka. Dengan adanya fenomena tersebut, maka pustakawan perlu meningkatkan diri dalam penguasaan teknologi informasi dan pengetahuannya serta komunikatif dalam memperkenalkan bahawa kita sebagai pustakawan mampu meberikan citra yang positif sehingga menjadikan perpustakaan sebagai rujukan informasi yang tidak akan ditinggalkan oleh pemustakanya.

Sehingga marilah kita renungkan??? Apakah kita hanya berhenti sampai pada tataran teknis atau mau mengembangkan diri sesuai kebutuhan pasar informasi.

Semoga bermanfaat





[1] Ida fajar. Tantangan baru dunia kepustakawanan: menuju masa depan yang berubah.
   http://lib.ugm.ac.id/data/pubdata/pusta/priyanto_UIN.pdf, diakses tanggal 7 Desember 2011,  jam
   20.00.

Minggu, 04 Desember 2011

Selamat pagi, siang, sore, malam

Selamat pagi, siang, sore dan malam.  Pagi hari yang cerah kita mulai hari dengan senyum, selalu semangat untuk belajar, selalu memberikan warna baru pada kehidupan agar menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat, amin
Siang hari menemukan kekuatan baru untuk berkarya dengan sekuat tenaga,
Sore hari  dengan secercah senyum  pulang bertemu dengan keluarga,
Malam hari bermimpi indah atas karunia yang diberikan Nya atas hari-hari yang indah.