Sabtu, 17 Desember 2011

PUSTAKAWAN 2.0

          Wabah era 2.0 telah merebak di kalangan masyarakat virtual baik pengguna dan perancang dalam dunia internet. Berawal dari istilah Web 2.0 yang lahir pada tahun 2004. Kemudian bermunculan istilah-istilah, seperti: Enterprise 2.0, Mobile 2.0, education 2.0, marketing 2.0, Business 2.0 serta banyak lagi yang menggunakan istilah 2.0, dan tak ketinggalan library 2.0 atau perpustakaan 2.0 (P 2.0). Istilah 2.0 ini pertama kali dekenalkan oleh Michael E. Casey tahun 2005 dalam blognya Library Crunch.  
          Perpustakaan (P 2.0)  ini yang pada intinya merupakan layanan perpustakaan yang menggunakan Web 2.0. Layanan perpustakaan  yang menggunaka web ini adalah munculnya interaksi antara perpustakaan dan pemustaka akan menjadi lebih intensif dan efektif. Dengan menjalin hubungan secara intensif tersebut, maka akan terjadi transformasi ilmu pengetahuan dimana yang sudah kita ketahui bahwa berdasarkan konsep dasar pepustakaan konvensional yang telah kita kenal dengan user oriented akan menjadi users centred. Dimana model layanan perpustakaan ini akan  memberikan perubahan dengan mengundang partisipasi pemakai dalam menciptakan, mengevaluasi dan mengembangkan layanan, baik fisik maupun virtual. 
          Dengan konsep P 2.0 ini maka perlu adanya  partisipasi pada  hubungan manusia dan  teknologi, dilihat dari sisi  hubungan manusia maka akan terbentuk jejaring sosial yang luas sedangkan dari sisi teknologi yang telah diwakili oleh piranti, wikis, blog, RSS, feeds, dll. Dapat dikatakan bahwa web 2.0 merupakan keunggulan dan kecanggihan teknologi dan kekuatan partisipasi manusia. Sehingga dengan dukungan teknologi tersebut, maka perlunya  peran pustakawan untuk membangun P 2.0.
          Perlu menjadi sebuah perenungan bagi kita sebagai pustakawan untuk dapat merubah image yang sudah melekat bahwa pustakawan hanya mampu berkutat pada sisi teknis saja dan mempunyai keterbatasan kompetensi yang minim dalam menguasai TIK. Perbandingan yang terjadi di lapangan bahwa antara yang menguasai TIK dengan yang benar-benar tidak paham atau gaptek teknologi dapat kita hitung dengan hitungan jari saja. Kalaupun ada yang suka berselancar di dunia virtual maka kebanyakan dari pustakawan  menggunakan media tersebut hanya untuk keperluan pribadi saja. Lalu bagaimana kah upaya kita untuk dapat menerapkan P 2.0??
          Sebenarnya banyak PR bagi pustakawan untuk dapat mewujudkan impian itu, yaitu dengan melakukan inovasi dan improvasi agar perpustakaan dapat bergerak maju dari sebuah perpustakaan yang bersifat konvensional menjadi perpustakaan yang bersifat kontemporer dimana perpustakaan tidak stagnan akan tetapi bergerak maju untuk sebuah kemajuan dengan memaksimalkan kualitas dan sumber daya yang ada untuk memberikan konstribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan, memberantas buta huruf, memberikan ilmu-ilmu literasi, dan berkontribusi dalam kemajuan dan peradaban bangsa, sehingga  pengguna perpustakaan dan masyarakat dapat merasakan keberadaan dan kemanfaatan perpustakaan itu sendiri.
          Dalam mewujudkan hal tersebut maka peran dari pustakawan sebagai profesi yang sangat menjunjung tinggi sebuah keprofesionalitasan maka pustakawan harus mampu mengelola sebuah perpustakaan dengan berbagai kemampuan dalam mengelola, menyimpan, mencari, dan menyebarkan ilmu pengetahuan dengan berbagai macam cara maupun pola untuk kepentingan pemustaka. Dan pustakawan 2.0 harus mempunyai berbagai macam kualifikasi, diantaranya adalah :  
1.   Memahami kekuatan dari peluang web 2.0
2.   Mempelajari alat-alat utama dari web 2.0 dan perpustakaan 2.0
3.   Menggabungkan e-rseources dan format cetak dan wadah format agnostik 

4.   Mengembangkan federated search dan mengadopsi Standar open URL
5.   Menghubungkan orang dan teknologi dan informasi dalam konteks
6.   Tidak menghindar dari katalogisasi dan klasifikasi,  
7.   Merangkul Informasi non-tekstual
8.   Memahami dan memanfaatkan kekuatan konten lama dan baru
9.   Melihat potensi dalam menggunakan sumber konten google, dan
Open WorldCat
10. Menghubungkan pengguna untuk melakukan diskusi dengan ahli, melakukan percakapan,

11. Mengunakan alat terbaru komunikasi (seperti skype) untuk berhubungkan
12. Penggunaan dan mengembangkan jaringan sosial
13. Terhubung & menggunakan media telepon, skype, IM,
 SMS, email, referensi virtual, dll
14. Mendorong penggunaan metadata dan mengembangkan penggunaan konten 

15. Dapat memahami  peran dan dampak yang muncul dari blogosphere dan wikisphere
          Jadi melihat kebutuhan SDM untuk mengelola P 2.0, maka perlunya pustakawan untuk dapat berbenah diri menghadapi perkembangan TIK yang begitu cepat dan tentunya tidak bisa kita hindari. Suka tidak suka kita harus menggunakan dan mengadopsi teknologi tersebut sesuai tuntutan zaman yaitu era web 2.0 ini. Sebagai pustakawan tentunya kita tidak akan berhenti berinovasi untuk maju dan mengejar ketinggalan dalam menguasai TIK. Tetap semangat bagi kita semua para pustakawan. Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar