Kamis, 08 Desember 2011

Ketika pustakawan merasa puas

Pekerjaan yang diketahui oleh sebagian pustakawan sekarang ini boleh dikatakan adalah sebagai pekerjaan rutin saja yaitu mengelola buku dengan katalog dan pernik-perniknya, melayankan koleksi dan pemenuhan kebutuhan layanan kepada pemustakanya, menata buku, membuat laporan-laporan rutin berkaitan dengan kebutuhan institusi untuk akreditasi, mengisi borang dan kebutuhan lain berkaitan dengan kebutuhan data perpustakaan.

Sebagai pustakawan hendaknya sudah mulai berpikir untuk dapat mengembangkan diri sesuai kebutuhan pemustaka di era teknologi informasi yang dapat memberikan akses informasi kepada masyarakat dalam berbagai format dan dapat diakses dengan mudah. Seorang pustakawan sebaiknya dapat membaca peluang seperti halnya dalam dunia komunikasi, informasi, dan bisnis atau perdagangan, dimana mereka sudah beralih ke dalam format digital ke format digital, mereka berjuang memberikan akses internet—untuk mencegah agar tidak dianggap menjadi masyarakat kelas-dua dalam dunia digital.[1] Pustakawan juga harus mempunyai wawasan multidisiplin dan multi-skills. Multidisiplin, pustakawan tidak hanya belajar tentang ilmu perpustakaan saja, akan tetapi pustakawan dapat mengembangkan diri dengan belajar ilmu-ilmu yang lain yang mendukung tugas pustakawan sebagai manajer informasi. Sedangkan multiskill, pustakawan mampu mengembangkan diri dalam mengolah ketrampilannya baik softskill maupun hardskill untuk memberikan layanan yang prima dan berkontribusi lebih dalam memberikan informasi kepada pemustaka.

Tuntutan tersebut sudah harus dicermati oleh pustakawan. Perubahan paradigma lama, dimana pustakawan hanya berkutat dalam bidang teknis saja, kini seharusnya pustakawan mulai mempersiapkan diri dengan melihat berkembangnya TIK dimana masyarakat kita sudah berubah mindsetnya dalam mencari informasi. Fenomena yang terjadi saat ini, dimana mulai dari anak-anak SD sampai perguruan tinggi telah menggunakan media internet sebagai rujukan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran mereka. Penguasaan teknologi yang mereka gunakanpun bahkan kalah dengan pustakawan, mereka dengan leluasa dapat menggunakan twitter, facebook, yahoo massenger, video call, untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi sesuai kebutuhan mereka. Dengan adanya fenomena tersebut, maka pustakawan perlu meningkatkan diri dalam penguasaan teknologi informasi dan pengetahuannya serta komunikatif dalam memperkenalkan bahawa kita sebagai pustakawan mampu meberikan citra yang positif sehingga menjadikan perpustakaan sebagai rujukan informasi yang tidak akan ditinggalkan oleh pemustakanya.

Sehingga marilah kita renungkan??? Apakah kita hanya berhenti sampai pada tataran teknis atau mau mengembangkan diri sesuai kebutuhan pasar informasi.

Semoga bermanfaat





[1] Ida fajar. Tantangan baru dunia kepustakawanan: menuju masa depan yang berubah.
   http://lib.ugm.ac.id/data/pubdata/pusta/priyanto_UIN.pdf, diakses tanggal 7 Desember 2011,  jam
   20.00.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar